Petani Rembang Beralih ke Rice Transplanteruntuk Efisiensi dan Produktivitas

Foto: penanaman padi sistem baki

Rembang LP3TV.Com – Petani di Desa Maguan, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang, kini tengah menghadapi era baru dalam pertanian padi. Sejumlah petani di wilayah ini mulai meninggalkan metode tanam manual yang memakan waktu dan biaya, dan beralih menggunakan teknologi canggih, yaitu mesin penanam padi otomatis atau dikenal sebagai rice transplanter.

Keputusan ini didorong oleh keuntungan besar dalam hal efisiensi, penghematan biaya, dan peningkatan produktivitas, terutama ketika dikombinasikan dengan sistem tanam unggulan seperti Jajar Legowo (Jarwo).

Mesin rice transplanter bekerja dengan memindahkan bibit padi yang telah disemaikan (biasanya menggunakan sistem dapog atau baki) langsung dari tempat persemaian ke lahan sawah.

Keunggulan utama dari teknologi ini adalah kemampuannya menjamin jarak, kedalaman, dan jumlah bibit yang seragam di setiap lubang tanam. Keseragaman ini menjadi kunci penting dalam mencapai pertumbuhan tanaman yang optimal dan hasil panen yang maksimal.

Jika dibandingkan dengan metode tanam manual (tradisional), penggunaan transplanter jauh lebih cepat dan efisien. Petani tidak perlu lagi mengerahkan banyak tenaga kerja untuk menanam, yang secara langsung berdampak pada penghematan biaya operasional.

Salah satu petani Desa Maguan yang telah menerapkan teknologi ini, Abdul Jalil, mengungkapkan betapa signifikan penghematan yang ia rasakan.

Menurutnya, metode persemaian dengan dapog atau baki yang dilanjutkan dengan penanaman menggunakan transplanter jauh lebih unggul dari segi biaya dibandingkan metode tanam konvensional.

“Dengan sistem tanam dapog atau baki dan sistem tanam menggunakan alat transplanter, lebih irit 60% Mas, daripada sistem tanam Daud di sawah,” ungkap Abdul Jalil.

Sistem tanam Daud merujuk pada pemindahan bibit padi yang relatif lebih tua dan besar dari persemaian ke sawah, yang seringkali memerlukan tenaga kerja lebih banyak dan proses yang lebih lama.

Penghematan 60% yang disebutkan Abdul Jalil ini merupakan angka yang sangat menarik bagi para petani, terutama di tengah tantangan peningkatan biaya produksi pertanian.

Abdul Jalil juga menyoroti keunggulan lain dari sistem persemaian yang digunakan:
“Sistem dapog atau baki kelebihannya bisa ditanam di pekarangan rumah.”Tambahnya.

Kemampuan untuk melakukan persemaian di pekarangan rumah memberikan fleksibilitas tinggi bagi petani, mengurangi kebutuhan lahan sawah khusus untuk persemaian, dan memudahkan pengawasan bibit.

Selain efisiensi mesin, keberhasilan sistem ini semakin meningkat ketika dikombinasikan dengan metode Jajar Legowo (Jarwo).

Sistem Jarwo, yang membuat barisan tanaman berselang-seling dengan lorong yang lebih lebar, terbukti dapat meningkatkan penerimaan cahaya matahari dan sirkulasi udara.

Ketika Jarwo diterapkan menggunakan transplanter (dikenal sebagai Jarwo Transplanter), hasil tanam menjadi sangat presisi dan terstruktur, berkontribusi langsung pada peningkatan hasil panen per hektar.

Tren positif yang diperlihatkan oleh petani Desa Maguan ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi wilayah lain di Rembang.

Adopsi teknologi rice transplanter menunjukkan kesiapan petani lokal untuk beradaptasi dengan modernisasi pertanian, demi mencapai swasembada pangan yang lebih kuat dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka melalui peningkatan efisiensi dan produktivitas hasil panen

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *