Majelis Taajul Qudrah Asmaul Husna Krikilan Tetap Gaungkan Tradisi Ilmu Di Era Digitalisasi

filter: 0; fileterIntensity: -0.01; filterMask: 0; captureOrientation: null; hdrForward: 0; brp_mask:0; brp_del_th:null; brp_del_sen:null; delta:null; module: night;hw-remosaic: false;touch: (-1.0, -1.0);sceneMode: 524288;cct_value: 0;AI_Scene: (-1, -1);aec_lux: 0.0;aec_lux_index: 0;HdrStatus: auto;albedo: ;confidence: ;motionLevel: 0;weatherinfo: null;temperature: 38;


Rembang, LP3TV. Com – Di tengah hiruk pikuk arus digitalisasi dan kecepatan zaman, sebuah tradisi keilmuan Islam yang kental tetap teguh bersemi di pelosok Jawa Tengah. Tepatnya di Dusun Jambu, Desa Krikilan, Kecamatan Sumber, Kabupaten Rembang, Majelis Ta’jul Qudrah Asmaul Husna secara rutin menggelar pengajian yang tak hanya dihadiri oleh warga lokal, namun juga jamaah dari berbagai kota.

Majelis ini membuktikan bahwa dahaga akan ilmu agama, yang dikemas dengan santun dan terbuka, tetap menjadi magnet kuat di era modern.

Majelis Ta’jul Qudrah diasuh oleh Ustadz Maskuri, seorang tokoh agama yang dikenal memiliki keluasan ilmu agama yang tercermin dalam keluwesan metode dakwahnya.

Kehadiran Ustadz Maskuri menjadi daya tarik utama majelis ini. Beliau mampu menyajikan materi kitab-kitab klasik dengan pendekatan yang sederhana, mudah dipahami, dan relevan dengan kehidupan sehari-hari jamaah.

Salah satu materi utama yang rutin dikaji adalah Kitab Washiatul Musthofa, sebuah karya yang berisi petuah-petuah mulia. Cara penyampaian Ustadz Maskuri yang mengalir dan mendalam menjadikan kitab ini memiliki daya tarik tersendiri bagi ratusan jamaah yang hadir.

Keunikan Majelis Ta’jul Qudrah terletak pada formatnya yang sederhana namun interaktif. Di penghujung sesi pengajian inti, Ustadz Maskuri membuka sesi tanya jawab yang sangat terbuka.

Jamaah tidak hanya diperbolehkan bertanya seputar kitab yang sedang dikaji, tetapi juga bebas melontarkan pertanyaan mengenai isu-isu kontemporer yang lebih luas.

Topik diskusi mencakup berbagai dimensi kehidupan, mulai dari:

Ekonomi (syariat bisnis dan muamalah)
Budaya (adaptasi nilai-nilai Islam dalam tradisi lokal)
Politik (pandangan Islam terhadap kepemimpinan dan kebijakan publik)
Agama (fikih, tauhid, dan tasawuf)
Rumah Tangga (solusi dan konsultasi permasalahan keluarga)
dan berbagai aspek kehidupan lainnya.

Keterbukaan ini mencerminkan prinsip majelis yang tertanam kuat: ‘Mengajak tidak harus menginjak, Merangkul tidak harus memukul.’ Prinsip ini menjadikan Majelis Ta’jul Qudrah sebagai ruang aman bagi siapa saja yang ingin mencari ilmu tanpa merasa dihakimi.

Di sela-sela penyampaian materi, Ustadz Maskuri kerap menyelipkan petuah-petuah bernilai tinggi yang berfokus pada akhlak dan hubungan sosial.

Dalam salah satu sesi, beliau menekankan pentingnya menjaga kehormatan orang lain dan membangun persaudaraan.
“Barang siapa menutup aib orang lain, maka Allah akan menutup aibnya di Yaumil Qiyamah,” terang Ustadz Maskuri, mengutip pesan moral utama dalam Islam.

Beliau kemudian melanjutkan dengan mengutip wasiat penting dari Kanjeng Nabi kepada Sayyidina Ali: “Seribu teman itu sedikit, dan musuh satu itu terlalu banyak.”

Pesan ini menjadi pengingat bagi jamaah di era media sosial, di mana perselisihan mudah terjadi, bahwa menjaga persatuan dan menghindari permusuhan adalah kunci kebahagiaan dunia dan akhirat.

Keberadaan Majelis Ta’jul Qudrah Asmaul Husna di Dusun Jambu, Krikilan, menjadi oase di tengah gempuran informasi digital.

Ia membuktikan bahwa tradisi mengaji kitab, yang dibalut dengan keramahan, keterbukaan, dan kebijaksanaan, akan selalu relevan dan dibutuhkan oleh masyarakat yang haus akan kedamaian jiwa dan pencerahan akal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *